Home » » Hindu, Aku Kembali Padamu

Hindu, Aku Kembali Padamu

Tujuan kami mempublish ini harapanya supaya rekan-rekan yang lain bisa ikut belajar dari pengalaman orang lain untuk bisa terus belajar tentang Hindu, karena orang lain di luar Hindu banyak sekali yang tertarik belajar tentang Hindu, kenapa kita yang Hindu tidak? harus lebih banyak belajar lagi...
---------------------
Hindu, Aku Kembali Padamu
Oleh : Agustin Ricke Yuani
02 maret 2012, 00.10 WIB
Om Swastyastu

Masih terlintas ketidak percayaanku akan keyakinan yang aku jalani sekarang ini (hindu). Karena sejak kecil aku sama sekali tidak dibekali ajaran leluhur (hindu) karena semua keluargaku beragama islam. 20 tahun perjalanan hidupku menjadi seorang muslim (Agama pemberian orang tuaku). Sampai memasuki umur 21 tahun akhirnya aku benar-benar mendapat suatu petunjuk untuk meyakini bahwa hindu adalah jalan hidupku.
Sejak kecil diriku sudah dikenalkan dengan lingkungan yang mayoritas muslim tepatnya di Desa Kandangan Kediri Jatim. Apalagi rumahku tepat bedampingan dengan mushola. Daerahku juga dekat dengan area religius, pondok pesantren aliran NU (Nadhatul Ulama). Jadi tanpa ada rasa janggal ataupun aneh, karena aku sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut.

Baca Juga: - Jadilah Indonesia, bukan Arab atau Barat
                    - Mengapa agama menjebak dan membuat dalam pemahaman yang terbatas ?
                    - Saya adalah Jiwa, bukanlah Raga Jasmani
                    - Fanatisme lebih buruk dari takhayul

Aku dibesarkan dari 3 bersaudara. Kakakku perempuan sedangkan adikku laki-laki. Aku anak nomor 2 dari 3 bersaudara. Aku dan kakakku selisih 3 tahun sedangkan dengan adikku, aku selisih 4 tahun. Orang tuaku menganggap aku adalah anak yang paling manja dari saudaraku yang lain. Aku terbiasa hidup bersama kedua orang tuaku, memang sejak kecil aku yang paling dapat perhatian lebih di banding saudaraku yang lain. Mungkin bertepatan orang tuaku tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kakakku lebih dekat dengan nenekku, sedangkan adikku terbiasa dekat dengan budhe ku. Jadi ke-2 saudaraku lebih bisa mandiri dibandingkan aku. Aku begitu sangat dekat dengan orang tuaku. Mungkin dari situlah kepribadianku sedikit demi sedikit terbentuk menjadi anak yang manja. Serasa ingin diperhatikan dan sangat sensitif.


Saat usiaku beranjak umur 8 tahun aku dan saudaraku diajari orang tuaku cara sholat yang baik itu seperti apa. Tapi aku termasuk anak yang paling bandel sendiri diantara saudaraku. Kalau disuruh sholat dan mengaji aku tidak pernah mau. Sampai-sampai dipanggilkan guru ngaji jebolan dari pondok sekitar rumahku agar bisa membentuk keyakinanku. Sebenarnya aku menginginkan orang tuaku yang mengajarkanku membentuk keyakinanku. berhubung memang orang tuaku sangat sibuk dengan pekerjaannya, maka dengan terpaksa aku mengikuti kemauan orang tuaku. Setiap sore guruku mengajari sholat dan mengaji. Aku menurut saja memang aku tak paham apa yang diajarkannya. Yang ku bisa hanya mengikuti apa yang dikatakan guruku saja. Dalam hatiku malas untuk melakukan kegiatan rutin itu sehari-hari , selain itu aku begitu tak semangat karena yang mengajar orang lain bukan orang tuaku sendiri. Kadang kalau disuruh mengaji aku selalu beralasan sakit, kalau mengingat masa kecilku dulu jadi ingin ketawa.hehehehe. alasan yang tak bermutu.hehehehe. Aku merasa belajar sholat dan mengaji setiap sore sangat menyita waktu bermain bersama teman-temanku. Memang sejak kecil ajaran tentang keislamanku sangat kurang. Sehingga aku tak paham apa yang sudah diajarkan guruku saat itu.


Sudah 5 bulan aku mempelajari tentang ajaran¬¬ islam. Sampai memasuki materi tentang takdir, surga, neraka dan pahala yang sebelumnya belum ku ketahui di usia yang belum cukup umur untuk mengenal semua itu. Yang aku rekam dalam pikiranku saat itu adalah Guruku menjelaskan akan indahnya bisa hidup dialam surga. Apapun yang kita mau semuanya akan terkabulkan, jadi kalau ingin masuk surga kita harus selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sedangkan neraka adalah kebalikan dari surga, semua orang-orang yang tidak menjalankan perintah Allah akan diberi siksaan sepanjang masa serta kebanyakan yang jadi penghuni neraka adalah kaum perempuan dan semua orang-orang kafir dimasukkan neraka. Sejak itu Aku mulai takut dengan semua yang disampaikan guru ngajiku. Dengan polosnya aku berupaya menuruti apa yang dikatakan guru ngajiku. Aku rajin sholat dan rajin mengaji, Padahal sebelumnya aku sangat malas kalau disuruh sholat ataupun mengaji.


Entah seiring berjalannya waktu aku mulai bisa berfikir akan arti adanya Allah dalam kehidupanku. Memasuki SMP aku berusaha menjadi anak yang taat dengan orang tuaku. Apapun yang di sampaikan orang tuaku aku selalu menurut meskipun aku jarang bersama orang tuaku tapi setidaknya komunikasi tetap terjalin. Aku berusaha menjadi anak yang baik untuk semua orang. Karena memang mulai awal SMP aku ikut suatu perkumpulan pengajian rutin di daerahku. Jadi lingkunganku terbentuk menjadi lingkungan para muslimah muda. Aku berusaha selalu ingin disegani oleh semua orang dilingkunganku. Aku selalu taat sholat dan mengaji di mushola samping rumahku. Aku berusaha membentuk keyakinanku tanpa bimbingan dari orang tuaku. Aku sangat menikmati menjadi seorang gadis muslimah, mempercayai semua yang diajarkan dalam keislamanku saat itu. Memang yang aku lakukan itu semata-mata karena aku ingin membuktikan ke orang lain meskipun aku jarang mendapatkan perhatian orang tuaku tapi aku tetap bisa membentuk kepribadianku sendiri, selain itu aku juga ingin menyenangkan hati orang tuaku karena aku sangat menyayangi kedua orang tuaku.


Awal memasuki ajaran baru kelas 3 SMP aku dikenalkan dengan teman sekolah kakak keponakanku yang selisih 2 tahun lebih tua denganku, dia kelas 2 SMA sebut saja dia Poeper. Dia pemuda hindu yang tinggal tidak jauh dari rumahku kurang lebih jarak 4 km. Awalnya aku belum tahu kalau Poeper beragama hindu, aku kira dia seorang muslim. Sebelumnya aku tak pernah sedekat ini dengan orang lain. Aku merasa menemukan teman pengganti orang tuaku yang jauh dariku. Setelah berteman dengan poeper aku merasa nyaman berteman dengan dia karena kepribadiannya sangat supel dan baik padaku. pertemananku dengan poeper mulai sangat dekat sampai akhirnya 22 agustus 2004 sama-sama memutuskan untuk berpacaran, meskipun dia beragama hindu. Bagiku pacaran ini adalah masa-masa puberku, hanya sekedar cinta monyet saja.


Saat berpacaran dengan poeper pertama kali yang menentang hubunganku adalah orang tuaku. Karena alasan keyakinan yang tidak seiman. Tapi aku berusaha memberikan pengertian kepada orang tuaku kalau hubunganku ini adalah masa penjajakan. Aku hanya ingin belajar mengenal dunia orang yang beda keyakinan. Awalnya orang tuaku tetap melarangku kalau tetap berhubungan dengan poeper, sampai aku nekad backstreet(pacaran diam-diam) hanya ingin lebih mengenal poeper lebih jauh. Berjalannya waktu Orang tuaku berusaha memahamiku meskipun dalam hati kedua orang tuaku sangat mengkhawatirkan keputusanku ini (takut aku terpengaruh oleh poeper terutama dalam masalah keyakinan).


Hubunganku dengan poeper berjalan 1 tahun sampai aku memasuki bangku SMA. Aku se SMA dengan poeper. Ketika itu aku masih kelas 1 dan dia kelas 3. Masih masa-masa kasmarannya.hehehehe. aku masih berpegang teguh dengan keyakinanku. Karena memang teman sekelasku boleh dikatakan alim. Sehingga sedikit demi sedikit aku terpengaruh oleh temanku. Aku merasa senang dengan lingkungan yang seperti itu, setidaknya bisa membantuku untuk lebih menguatkan keimananku. Aku masih menjalankan kewajibanku sebagai umat muslim. Aku sangat militan terhadap keislamanku. Meskipun aku dekat dengan poeper yang berbeda agama tetapi dia sangat toleran sekali dengan keislamanku. Setiap waktunya sholat dia selalu mengingatkanku, tanpa ada sedikitpun rasa militan dari seorang poeper. Dia bisa menghargai umat lain. Aku melihat poeper begitu flexibel, dia mampu menerima ajaran dari agama manapun tanpa ada rasa fanatik. Yang buat aku salut padanya , dia sangat berpegang teguh dengan kehinduannya. Memang dia terlahir dilingkungan keluarga hindu militan yang memiliki rasa toleran tinggi. Aku sering bertukar pendapat dengan poeper masalah agama. Aku sangat terheran-heran kenapa poeper sedikit banyak sudah memahami tentang ajaran islam, sedangkan aku sama sekali tidak tahu menahu soal ajaran hindu. Tanpa aku sadari tenyata poeper sudah lama memahami ajaran islam. Hal yang aku tahu, setiap jam istirahat sekolah poeper selalu menyempatkan waktunya di perpustakaan, buku yang dibaca adalah buku tentang agama islam. Aku pernah bilang ke poeper, “ emang boleh ya, orang hindu membaca buku agama islam”, poeper menjawab “tentu saja,boleh. Tak ada yang melarang”. Aku semakin bersemangat sekali menjalin hubungan dengan poeper karena aku kira dia mau belajar agama islam dan mau berpindah agama demi aku. Sedangkan aku sendiri sudah menutup pikiranku ”aku tidak boleh mempelajari buku agama lain karena aku takut berdosa yang hanya boleh aku pelajari adalah tentang ajaranku sendiri” (pikiranku yang masih terselimuti oleh doktrin), kalau bisa poeper harus mau mengikuti jalanku. Tapi semua dugaanku salah, poeper hanya ingin belajar perbandingan agama. Aku sedikit kecewa dengan cara poeper, tapi semua itu tidak mengurangi kerenggangan hubunganku dengan poeper.


Tak terasa hubunganku memasuki tahun ke 2, aku merasa sangat nyaman berada dekatnya. Sedikit demi sedikit aku mulai masuk di kehidupan keluarganya. Memang baru menginjak tahun ke 2 aku memberanikan diriku untuk menunjukkan diriku kepada orang tua poeper. Orang tua poeper menerimaku dengan senang hati tanpa merasa ada rasa militan padaku. Aku merasa nyaman masuk dalam kehidupan keluarga poeper. Tapi aku belum merasakan kedamaian ketika masuk didalam keluarga poeper, ketika itu pemikiranku masih terasa aneh saja masuk di keluarga hindu yang belum pernah aku temui. Aku mulai mengenal kebiasaan keluarganya, kebetulan rumah poeper berdampingan dengan pura. Pura Giri Nata Dusun Putuk-Kandangan Kab.Kediri Jatim, jadi aku sering melihat orang hindu bersembahyang di pura. Ternyata aku begitu awam melihat cara orang hindu bersembahyang. bagiku sangat aneh dan diluar pemahamanku. Rasa fanatikku mulai muncul ketika mengetahui cara orang hindu berdoa dan bersembahyang. Dalam pikiranku “ patung kok disembah, sembahyang pakai dupa dan bunga haduh benar-benar memuja setan” tapi aku masih sedikit memiliki rasa toleran meskipun dalam hati merasa aneh. Aku merasa menutup pemahamanku tentang hindu, karena aku tetap takut dosa kalau memiliki rasa ingin tahu akan hindu. Aku tetap meyakini islam adalah ajaran yang paling benar. Aku sempat bertanya pada poeper apa hukumannya buat orang hindu kalau keluar dari keyakinannya, poeper menjawab” Tuhan di hindu tidak menghukum umatnya, semua dari perbuatan manusia itu sendiri”.

Aku menyimpulkan sendiri, “jadi hindu percaya akan hukum karma?? “ poeper menjawab “ iya”. Poeper juga kembali memberi pertanyaan padaku “ apakah di islam juga percaya akan adanya hukum karma?? Aku jawab “tidak” , poeper “kenapa”??? karena Tuhan menciptakan manusia hanya sekali, jadi kalau manusia ingin memperbaiki perbuatannya harus di kehidupan sekarang, karena Allah tidak akan menciptakan kehidupan mendatang. Yang ada kehidupan sesudah mati yaitu alam barzah, manusia yang ada dialam kubur akan dibangkitkan dan diadili karena perbuatan dikehidupan semasa masih hidup. Semua itu akan bertepatan dengan datangnya hari kiamat. Kelihatannya poeper melihatku tampak gugup, jujur saja aku memang merasa gugup, takut kalau ditanya lagi aku tidak bisa menjawabnya. Poeper mungkin tahu kalau aku tak bisa menjawab lagi kalau akan diberi pertanyaan lagi, poeper hanya berkata padaku, “ karma akan melekat pada jiwa manusia meskipun raga setiap manusia tidak mempercayai akan adanya hukum karma”. Aku merasa kebingungan menjawab karena memang pengetahuanku masih sangat kurang. Yang aku tahu hanyalah dogma yang sudah melekat sejak kecil, takut akan kemurkaan Allah. Aku sangat ragu dengan jawaban yang aku berikan pada poeper. Akhirnya aku mencari informasi di buku-buku agama islam yang aku punya. Aku sama sekali tidak menemukan hukum karma dalam ajaranku. Tapi aku berfikir secara logika, “kalau di ajaranku tak mempercayai adanya hukum karma, tapi kenapa banyak umat muslim masih mempercayai hukum karma”. Aku semakin tak yakin saja melihat fenomena ini.


Saat aku memasuki ajaran baru kelas 3 SMA keimananku sedikit berkurang. Selalu saja ada masalah dalam kehidupanku. Terutama masalah keluarga. Padahal sebelumnya aku begitu sangat taat dengan ibadahku. Ketika aku mendapatkan masalah memang aku selalu begitu. Tak pernah ada kedamaian hati dan pikiranku ketika sholat ataupun membaca Al-Qur’an. Entahlah aku begitu capek dengan keadaanku saat itu. Aku berusaha taat beribadah tapi semuanya terasa percuma. Aku tak pernah sekalipun mendapat kedamaian dalam ibadahku. Rasa hambar menyelimuti sholatku. Aku merasa terpaksa untuk melakukan sholat serta membaca Al-Qur’an pun sudah tak pernah aku lakukan. Aku melihat teman-temanku selalu mengajakku sholat disekolah setiap istirahat ke 2 dan selalu mengajakku berdiskusi tentang ajaran islam. Bagiku merasa membuang waktu ku saja. Kadang kalau aku merasa bosan, aku sering absen dari ibadahku. Tapi rasa takut tetap menyelimuti pikiranku kalau aku meninggalkan ibadahku untuk sementara waktu. Rasa ini semakin hari semakin membuat aku bertanya-tanya, kenapa harus selalu beribadah padahal belum tentu ibadahku diterima oleh Allah. Rasanya Allah tidak pernah mendengarkan doaku. Aku bertanya pada diriku sendiri “ apakah ini memang takdirku diciptakan oleh Allah seperti ini??? rasa bertanya-tanya dan penasaran menyelimuti pikiranku. Entahlah aku capek sekali kalau memikirkan takdir ataupun cobaan dari Allah yang sudah diberikan kepadaku. Selang beberapa lama , dipikiranku masih merasa takut akan dosa. Aku tetap menjalankan sholat meskipun dalam hati tak ada niatan untuk sholat. Aku Sangat terasa terpaksa sekali apa yang aku lakukan ini. Poeper juga tak pernah bosan mengingatkanku untuk sholat tepat waktu, tapi aku jarang meresponnya.


Sejak saat itu aku mulai merasakan pergolakan batin dengan kehidupan yang aku jalani. mulai dari aku mengalami masalah keluarga yang tak kunjung selesai, dan itu benar-benar sulit untuk aku terima sampai aku sakit keras masuk rumah sakit selama 3 minggu. Sementara waktu aku ijin tidak masuk sekolah. Aku ingin menenangkan pikiranku. Aku merasa sangat putus asa , aku berfikir Allah memang tak menyayangiku, Allah tidak adil padaku. “ takdir apa yang direncanakan Allah untukku, sampai-sampai engkau begitu mengujiku”. Sejak saat itu Aku sedikit ada penolakan jalan yang sudah diberikan Allah padaku. Aku kembali mengingat apa yang dikatakan poeper, karma akan selalu melekat dalam diri manusia, meskipun manusia tersebut tidak mempercayai akan adanya hukum karma. Aku berfikir kembali menggunakan logika ku, kalau memang Allah sudah menciptakan takdir manusia berbeda-beda, tapi kenapa Allah masih seenaknya sendiri menghakimi semua perbuatan manusia kelak dialam barzah??? Padahal sudah jelas-jelas manusia diciptakan sesuai dengan takdir yang diberikan oleh Allah. Misalnya saja sejak dalam kandungan ada seseorang sudah ditakdirkan oleh Allah sangat miskin, sedangkan orang lain mendapatkan takdir yang sangat kaya raya.

Si miskin binggung mencari nafkah untuk melangsungkan kehidupannya sampai-sampai nekad mencuri, sebenarnya bukan salah si miskin dia mencuri karena si miskin merasa memang ini sudah takdir Allah sedangkan si kaya hidup serba bermewah-mewah dengan takdir yang diberikan oleh Allah. Bukankah ini sangat tidak adil???? Aku semakin ragu akan hakikat Tuhan dalam keislamanku. Mulai saat kejadian itu aku jarang sholat. Aku mulai mempercayai akan adanya hukum karma. Apa yang dilakukan manusia kelak, itulah yang akan dipetik dikehidupan masa yang akan datang. Tapi aku tetap bimbang dengan rasa percayaku ini, tanpa mempercayai semua itu aku tetap menjalankan aktifitasku seperti biasa tanpa beribadah. Aku merasa sangat nyaman karena pikiranku tak terbebani oleh kewajiban untuk selalu beribadah, biarlah aku dosa karena meninggalkan ibadahku sementara waktu. Aku ingin menenangkan pikiranku. Karena bagiku semuanya serasa seperti mainan. Pemikiran itu muncul secara tiba-tiba ketika perasaanku merasa sedih dengan pergolakan batin ini.


Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sedangkan UAN (Ujian Akhir Nasional) akan berlangsung 1 bulan lagi. Hatiku terasa hampa ketika aku kehilangan rasa spiritualku, aku mulai kebingungan, aku merasa perlu perlindungan batin, perlu tempat mengadu. Aku merasa sudah melupakan Allah dalam waktu lama. Akhirnya aku kembali memutuskan untuk mau beribadah lagi, meskipun hati ini tak bisa menerimanya. Tapi berusaha iklas semata-mata untuk kelulusan ujianku. Tepat UAN berlangsung di bulan April, aku menyiapkan mental dan tenagaku untuk berusaha yang terbaik agar mendapatkan hasil sesuai harapanku. 1 minggu berlalu ujian nasionalku selesai, tinggal menunggu pengumuman 2 bulan lagi. Bagiku waktunya begitu lama.


Kembali ke hubuganku dengan poeper. Tak terasa hubunganku dengan poeper sudah berjalan 4 tahun. Sebelum pengumuman ujian nasional poeper meminta izin orang tuaku untuk mengajakku bertunangan. Aku merasa sudah siap untuk menjalani ikatan dengan poeper. Aku merasa poeper adalah orang yang tepat untuk menemani hidupku. Orang tuaku menyetujuinya mengingat hubunganku dengan poeper sudah berjalan lama, bagi orang tuaku tidak etis kalau hubungan ku dibiarkan terlalu lama kalau antara 2 belah pihak belum ada ikatan. Tapi dilain sisi aku bisa merasakan keterpaksaan orang tuaku menerima poeper. Karena calon pasanganku kelak adalah non muslim. Harapan orang tuaku kalau bisa aku harus bisa membawa poeper menjadi umat muslim. Jujur aku sangat terbebani akan semua itu. Tapi aku berusaha sedikit melupakan apa yang dikatakan orang tuaku. Tepatnya 20 mei 2008 poeper mengajak orang tuanya untuk bertemu dengan orang tuaku. Hari itu aku sangat senang bercampur sedih. Tapi semua itu tak mengurangi kebahagiaanku dengan poeper.


Pengumuman UAN semakin dekat, semakin membuatku gelisah. Aku berusaha meningkatkan sholatku lebih giat lagi. Setiap malam aku sholat tahajud agar aku bisa lulus ujian nasional. Tapi entah apa yang aku lakukan sepertinya tidak mendapatkan kedamaian ataupun mendapatkan hidayah dari Allah. Semua ibadahku serasa hambar. Memasuki bulan ke 6 tepatnya 16 Juni 2008 hasil UAN ku di umumkan, aku melihat namaku terpampang di papan pengumuman. Namaku dinyatakan “LULUS”. Aku sangat bersyukur sekali, hatiku begitu gembira. Tapi aku merasa apa yang kulakukan ini salah. Dalam hatiku “apakah ketika aku mendapatkan suatu cobaan, aku baru ingat dengan Allah”, “ketika aku merasakan kebahagiaan aku melupakan Allah”. Rasa bersalah menyelimuti perasaanku. Tapi semua ini tak bisa kupikir secara logika, semuanya terasa janggal.
Aku mulai memasuki perguruan tinggi swasta di Kediri dengan statusku yang sudah bertunangan. Aku tetap merasa percaya diri dengan statusku ini. Aku menutup diriku untuk setiap cowok di kampusku, karena aku sudah berkomitmen. Aku hanya ingin berteman saja tak lebih dari itu. Kebanyakan teman-temanku banyak yang berjilbab. Karena memang didalam kelasku hampir semua perempuan, laki-lakinya hanya ada 6 orang. Selain itu semua juga islam.

Aku sudah terbiasa dengan lingkungan itu. Tapi aku tetap tak pernah melaksanakan ibadah sekalipun. Aku sering jadi bahan omongan teman-temanku karena jarang melaksanakan ibadah, tapi aku tipe orang yang cuek dengan omongan orang. Bagiku biarlah orang berkata apa tentang aku, yang penting aku enjoy dengan apa yang aku jalani saat itu. Sampai aku dinasehati teman dekatku sendiri agar selalu ingat sholat. Kata-kata meraka pun aku terima saja tapi aku tidak pernah meresponnya seperti apa yang dikatakan poeper kepadaku. Dalam hatiku “ poeper saja sering ngingetin aku untuk sholat nggak aku respon , apalagi kalian. Boro-boro aku respon”.heheheheehehe. Aku merasa malas melakukan ibadah, memang sejak saat itu aku sudah melupakan kewajibanku kepada Allah. Sampai aku sering diomelin orang tua gara-gara tidak pernah menjalankan sholat. Tapi tetap tidak kujalankan sampai-sampai sering berbohong hanya gara-gara disuruh sholat. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Aku hanya ingin pikiranku terbebas tanpa merasa tertekan. Berusaha membuang beban yang begitu mengikat pikiranku. Aku nyaman dengan yang kujalani saat itu.


Bulan suci ramadhan Agustus 2008 pun telah tiba, aku bimbang dengan perasaanku ini. Tapi aku tetap menjalankan puasa meskipun batin ini begitu tertekan dengan kewajiban ini. Aku serasa makin bertanya-tanya. Apakah yang aku lakukan ini semata-mata karena hanya mengejar suatu pahala??? Sedangkan aku berfikir apa gunanya pahala kalau aku hanya menjalankan puasa tanpa sholat. Jelas Allah tidak menerima puasaku, sama saja puasaku sia-sia. Jadi, aku memutuskan untuk tidak berpuasa saja. Aku pura-pura berpuasa ditengah-tengah keluargaku dan teman-teman kuliahku. Kalau waktunya sahur bersama aku ikut, kalau waktunya buka puasa bersama aku juga ikut-ikutan.hehehehehehehe, karena takut ditanya macam-macam. Selain itu aku juga merasa malu dengan keluargaku dan teman-temanku, masak udah dewasa kok tidak puasa. Hehehehehehe. Saat itu semua yang aku lakukan memang penuh kemunafikan. Tapi ya sudahlah, aku jalani saja selama aku tak membuat masalah dengan siapapun.
Aku mulai masuk semester III sampai semester V saat dimana masih senang merasakan kenikmatan dibangku kuliah.

Tapi entahlah sampai aku duduk dibangku sekolah sampai perguruan tinggi yang selalu membuat aku putus asa adalah masalah keluarga. Aku selalu terbebani dengan keadaan itu, kuliahku menjadi terbengkalai dan hanya poeper yang selalu ada saat hidupku merasakan keterpurukan. Aku melupakan segala kewajibanku sebagai umat muslim, melupakan ketakutanku dan kewajibanku pada Allah. Dalam pikiranku “percuma aku beribadah tapi selalu saja Allah memberiku cobaan tanpa henti”. Bukannya dengan sholat Allah akan mengurangi cobaannya padaku, ini justru serasa makin hari makin di berikan cobaan oleh Allah. Aku merasa sudah jenuh dengan keadaan itu.
Memasuki akhir semester V aku memutuskan untuk menempati kostku, karena sebelumnya aku kost tapi jarang aku tempati. Karena orang tuaku jarang dirumah, sering berpergian keluar kota. Selain itu poeper jg memutuskan transfer kuliah ke Jawa Tengah.

Aku merasa putus asa tak punya siapa-siapa lagi yang bisa mengisi hari-hariku karena ditinggal jauh oleh kedua orang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku merasa sendirian. Sejak saat itu Aku berusaha belajar mandiri, berusaha menyikapi semuanya dengan kepasrahan. Lingkungan kostku semua hampir memeluk agama islam dan ibu kostku beragama kristen. Sejak saat itu aku mengaku agamaku hindu pada semua teman-temanku kost. Karena memang sebelumnya teman-teman kostku tak tahu agama asliku, yang tahu hanya satu orang teman kostku yang kebetulan sekelas denganku. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu sampai aku mengakui kalau aku beragama hindu. Bagiku ini hanya buat senjata biar tidak digurui oleh teman-teman kostku yang sebagaian besar alim-alim dan rajin dalam beribadah. Ibu kostku juga tahu nya aku beragama hindu. Soalnya pada saat kost dulu aku tidak menunjukkan KTPku karena yang bawa aku adalah temanku satu kelas. Jadi ibu kost sudah percaya sama temanku itu. Untungnya dalam lingkungan kostku teman-temanku tidak merasa fanatik terhadapku. Tapi mungkin rasa fanatiknya tidak berani di tunjukkan padaku. Hanya saja temanku yang membawaku sangat heran padaku, dan bertanya kepadaku “sebenarnya agamamu apa sih???” , aku jawab dengan tampang cengar-cengir “ ada deh, mau tau aja”. Mungkin temenku penasaran sekali dengan agamaku, tapi aku biarkan saja daripada ditanya yang macem-macem.hehehehhe. Aku serasa tenang dengan mengaku hindu. Serasa tak ada tuntutan ketika aku beragama islam. Aku juga belum pernah mempelajari ajaran hindu. Biarpun poeper kelak akan menjadi pelabuhan terakhirku tapi sejak pacaran sampai bertunangan dia sama sekali tidak pernah mengajarkanku akan ajaran hindu.

Hanya sedikit demi sedikit membantu membuka pikiranku yang sempit ini.
Sejak poeper jarang dirumah, aku merasa tak punya teman. Akhirnya aku berusaha mencari hiburan untuk diriku sendiri. Aku berusaha lebih dekat dengan keluarga poeper. Bagiku keluarga poeper adalah pengganti poeper saat jauh dariku. Setelah pulang dari kuliah aku sering berkunjung kerumah poeper. Aku belajar memahami kehidupan keluarga poeper. Aku merasa nyaman ketika aku masuk di lingkungan keluarga hindu, seperti keluarga poeper. Aku merasa suasana seperti inilah yang aku cari sejak dahulu, merasakan kedamaian yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku ingin merasakan kedamaian ini seterusnya. Akhirnya Aku memberanikan diri meminta poeper untuk mau mngajarkanku ajaran hindu meskipun dalam hatiku ada sedikit pemberontakan antara boleh atau tidak, dosa atau tidak tapi aku tetap merasa ingin belajar agama hindu. Aku tidak mempedulikan semua itu, karena aku ingin belajar dari kedamaian yang diperoleh poeper dan keluarganya. Pertama kali poeper meminjami aku buku berjudul UPADESA. Aku mempelajari satu persatu materi buku tersebut, aku masih merasa awam dengan kalimatnya. Aku meminta poeper untuk mau membimbingku agar aku bisa belajar step by step. Dan akhirnya aku paham dengan isi buku upadesa.

Poeper juga mengajarkan ku cara sembahyang, Aku senang sekali meskipun aku awam dengan cara sembahyangnya. Setelah mempelajarinya aku di kenalkan poeper sebuah video berserta teksnya, yaitu “MANTRAM GAYATRI”. Aku diberitahu poeper, mantram gayatri ini adalah doa untuk sembahyang. Aku putar video itu berulang-ulang dan aku benar-benar merasakan kedamaian, aku merasakan beban yang aku rasakan menghilang ketika mantram gayatri aku dengar berulang-ulang. Aku berusaha menghafal kalimat mantram gayatri per bait sampai akhirnya aku menghafalnya. Dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit aku bisa mengetahui dan memahami ajaran hindu. Tuhan di hindu selalu ada dalam jiwa(atman) setiap manusia. Pikiranku mulai terbuka pelan-pelan. Dari yang pemahamanku hanya islam lah agama yang paling benar sekarang aku sedikit paham kalau hindu tidak lain juga mengajarkan kebenaran. Agama yang mengajarkan toleran sangat tinggi, agama penuh cinta kasih tanpa membedakan siapapun itu, dari mana asalnya, tidak membenci sesama mahkluk (tat twam asi).

Aku membaca Bagawad gita sampai akhirnya Aku menemukan sesuatu yang membuat hatiku sangat gembira dan terharu yaitu dari sloka Bhagawad Gita (4:11) berkata “ Jalan manapun yang ditempuh manusia untuk mendekati aku, dengan jalan itu aku terima mereka;jalan manapun yang mereka pilih pada akhirnya mereka akan mencapai aku”. Dalam hatiku, “ inilah yang aku cari” Aku sangat yakin dengan sloka bhagawad gita ini. aku menyimpulkan bahwa Tuhan hindu menerima semua ajaran selain hindu. Tuhan hindu tidak membedakan dengan umat lain seperti “wahai umat hindu” , semuanya disebutkan untuk semua mahkluk , tuhan hindu sangat adil tanpa membedakan dengan mahkluk lainnya, Ajaran hindu tertuju untuk siapa saja karena hindu agama universal, ajaran hindu juga mengajarkan toleransi yang sangat tinggi. berbeda dengan ajaran islam, Tuhan dalam islam menyebutkan semua manusia hanya umatnya saja seperti “wahai orang-orang yang beriman”, selain menyembah Allah dikatakan kafir, selain umat islam halal darahnya, tak ada toleransi dalam keimanan dan peribadatan. Disebutkan dalam surat Al-Taubah ayat 13 dan Surat Al-Kafirun orang kafir patut diperangi, dan masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu disebutkan tentang orang kafir.

Seolah-olah ada pembeda antara umat islam dengan umat lain. Aku semakin ragu kenapa aku baru tahu kalau islam banyak mengajarkan kekerasan?????? Kalau memang benar itu Tuhan yang berbicara, kenapa mesti melakukan provokasi??? Sejak saat itu pula aku memikirkan banyak kejanggalan dalam ajaran islam. Aku lebih teringat sloka bhagawad gita(4:11) yang aku baca, sebenarnya aku sangat yakin dengan sloka tersebut, tapi banyak keanehan yang membuat aku bertanya-tanya dari kebiasaan orang hindu. Cara sembahyang orang hindu memakai dupa dan bunga, setiap sembahyang selalu bertepatan dengan hari jawa yaitu kliwon terasa sangat mistis sekali. Ketika itu pikiranku kembali sempit, doktrin itu muncul lagi aku merasakan keanehan. Bagiku dupa dan bunga kan untuk memanggil mahkluk halus (pemikiran yang sempit). Melihat ada gambar-gambar dewa dewi, aku merasakan keanehan itu. Kenapa tuhannya banyak sekali. Mana yang harus disembah dahulu, dan bla bla bla.....Terasa ada keanehan dari ajaran ini. Akhirnya aku kembali meminta poeper untuk menjelaskan makna-makna pertanyaanku itu. Aku banyak bertanya kepada poeper tentang sarana yang digunakan dalam bersembahyang, tentang dewa dewi , tentang hakikat tuhan dalam hindu. Poeper menjelaskan semua apa yang aku tanyakan, Aku tersenyum lebar ketika poeper menjelaskan semua itu, aku mendapat jawaban yang bisa dinalar oleh pikiranku. Aku yakinkan diriku dengan penuh kesadaran.


20 Februari 2011 suasana menyongsong hari raya nyepi sudah tampak terlihat. Umat hindu di daerah poeper bekerja bakti membersihkan pura. Ketika itu aku hanya melihatnya saja, sebenarnya ingin membantu tapi aku minder berbaur dengan lingkungan sekitar. Aku diberitahu poeper kurang lebih satu minggu lagi akan mengikuti upacara melasti di bendungan siman yang jaraknya (kurang lebih 10km) dari rumahku, merupakan rangkaian proses upacara hari raya Nyepi. Aku belum tahu melasti itu apa, tapi pemahamanku adalah dimana semua umat hindu yang tinggal di kabupaten Kediri berkumpul di bendungan siman untuk melangsungkan acara persembahyangan. aku bilang ke calon mertuaku , “aku ingin ikut melasti buk”. Dan Ibu camerku langsung mengajakku untuk membeli baju kebaya, dan pertama kali itulah aku memiliki pakaian adat (sembahyang). Senang sekali aku memilikinya. Kucoba kebaya itu dan berkaca berulang-ulang selayaknya anak kecil yang baru dibelikan baju baru oleh ibunya.hehehehehe, Aku merasa percaya diri memakai nya.

Dalam benakku berkata “ternyata perempuan kalau memakai kebaya sangat anggun sekali dan terlihat cantik”. Beda ketika aku masih sering beribadah dengan keislamanku. Aku harus menutup auratku, tak boleh ada satupun aurat yang terlihat. Saat wudhu semua harus terhindar dari sisa-sisa bedak dan najis Sampai aku berfikir sangat konyol “masak mau menghadap kepada Tuhan harus serba tertutup dan tak kelihatan cantiknya karena merias wajah sedikitpun nggak boleh.heheheheehehehe ” padahal menurutku kalau mau menghadap Tuhan kita harus menunjukkan anugrah yang diberikan Tuhan kepada kita, seperti berias saat mau sembahyang kan pasti kelihatan segar dan cantik. Masak kalau mau berias hanya untuk kekasihnya aja.hehehehehe.

Itu pemikiran yang konyol menurutku, tapi masuk akal juga sih.hehehehe.
Pada tanggal 02 Maret 2011 telah sampailah acara melasti tersebut, dan aku mengikuti melasti di bendungan siman bersama poeper dan keluarganya, aku senang bercampur sedikit merasakan keanehan karena baru pertama kali itu juga aku mengikuti melasti dan sembahyang. Aku masih ragu karena minder takut salah dalam bersembahyang. Apalagi cara duduk sembahyang laki-laki dan perempuan itu beda. Kalau laki-laki hanya duduk bersila (Padmasana) sedangkan perempuan duduk bersimpuh (Bajrasana). Aku masih belum terbiasa duduk bersimpuh karena bersimpuh terlalu lama membuat kakiku terasa sakit sekali, sehingga mengganggu konsentrasiku dalam bersembahyang.
Tepat 4 Maret 2011 malam perayaan tawur agung pun berlangsung didaerah tempat poeper.

Aku masih belum yakin untuk mengikuti persembahyangan di pura dekat rumah poeper, karena aku masih minder untuk bersosialisasi dengan lingkungan umat hindu dan ingin lebih memantapkan pilihanku ini. Aku tidak ikut persembahyangan, sebenarnya ingin sekali mengikutinya tapi tertutup dengan keminderan dan kebimbanganku aku memutuskan untuk tidak ikut.


Tapi aku mulai sangat menyesal, dalam hatiku aku merasa tersiksa ketika melihat kekompakkan umat hindu itu, mereka bersemangat sekali meskipun dalam keadaan cuaca yang hujan tapi semangatnya sangat luar biasa, aku iri melihatnya. Aku ingin sekali merasakannya masuk dilingkungan itu. Rasa keinginanku tak terbendung melihat semua itu aku menangis tak tertahan, begitu menyiksa hatiku karena belum pernah merasakan pergolakan batin yang seperti ini. Aku hanya bisa melihat, dan merasakan penyesalan yang sangat dalam. Aku berkata pada diriku sendiri, “aku terlalu bodoh, kenapa aku mengikuti rasa egoku yang membuatku menyesal tak bisa mengikuti arak-arakan itu”. Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB , arak-arakan mulai kembali didepan pura Giri Nata, saatnya untuk mengkremasi patung buta kala yang sebelumnya diarak keliling desa. Aku mendekat dari karamaian itu, aku didampingi poeper yang setelah mengikuti arak-arakan tersebut. Tepat jam 22.00 WIB acara arak-arakan selesai, dan suasana tempat poeper berubah menjadi hening sekali. Aku diantarkan pulang oleh poeper.


Keesokkan harinya 5 Maret 2011 tepat jam 06.00 WIB poeper mengirimkan pesan singkat padaku “ Doakan Catur Brata ku berjalan lancar ya”. Aku menjawab “iya, semoga semuanya berjalan lancar”, tapi pesanku tidak terkirim karena memang hp nya sudah di off. Aku bertanya-tanya kembali, ketika Catur Brata hal apa saja yang dilakukan, mengingat poeper juga pernah bercerita kalau saat melaksanakan catur brata semua aktivitas harus di hindari dan berpuasa 24 jam. Aku penasaran sekali, apa yang dia kerjakan saat itu. Aku berangan-angan seandainya aku bisa mengikutinya, apa yang aku lakukan saat itu. Saat poeper menjalankan Catur Brata, aku berusaha mempelajari buku-buku yang dipinjaminya. Mulai dari buku berjudul “Apakah Saya Beragama Hindu” ,”Panca Sradha” lainnya tak bisa kusebutkan satu per satu. Karena memang Ayah poeper seorang Guru agama Hindu, jadi tidak heran kalau poeper memiliki banyak buku tentang agama hindu. Pengetahuanku semakin luas tentang ajaran Hindu.
Aku berusaha memantapkan pikiranku , mungkinkah aku beragama hindu???? Aku takut dengan perasaanku ini, takut ada pertentangan dari orang tuaku, sahabatku dan orang-orang disekitarku. sampai doktrin itu kembali muncul, “ apakah aku berdosa???? aku tak pernah beribadah. Memang saat itu sangat sulit membuang doktrin yang menylimuti pikiranku sejak kecil.

Bagaikan menghapus coretan hitam diatas kertas putih. Aku menangis merasakan hal ini. Aku merasa tak berguna, kepada siapa aku mengadu??? Terlepas dari semua itu aku menjalankan kehidupanku tanpa berkeyakinan. Aku masih merasa simalakama. Tak ada yang perlu aku pertahankan saat itu. Dalam keislamanku aku merasa tertekan dan ragu akan ajarannya, sedangkan dikeyakinanku terhadap hindu aku merasa takut jika orang tuaku tak akan menerimaku lagi. Sementara itu aku berusaha tak memepedulikan kedua ajaran itu. Aku merasa agnoistik (kadang tidak percaya adanya tuhan kadang pula percaya tuhan itu ada).


Awal juli 2011 poeper memberitahuku sebentar lagi hari raya galungan dan kuningan. Perasaanku masih bimbang ikut apa tidak ya??? Tapi aku sudah ada niatan untuk membeli kebaya lagi meskipun entah nantinya akan aku buat apa, karena memang saat itu aku belum yakin sepenuhnya memilih hindu sebagai jalanku. Tepat tanggal 16 juli 2011, hari raya kuningan berlangsung. sebenarnya sebelumya sudah merayakan hari raya galungan 10 hari sebelum kuningan. Tapi aku berhalangan hadir. Ini pertama kali aku mengikuti persembahyangan di pura giri nata dengan memakai kebaya yang aku beli sebelum hari raya galungan dan kuningan. Aku merasa percaya diri dengan kebaya yang aku pakai. Tapi jujur aku masih merasa bingung juga karena masih merasa belum terbiasa. Dan aku juga belum mendapat kepastian dari pilihanku.
Selang lima bulan kemudian, aku serasa benar-benar merasa Tuhan menyayangiku.

Aku serasa mendapat jawaban atas pencarianku selama ini, mungkin ini petunjuk bagiku agar aku bisa memantapkan hati untuk memilih keyakinanku. Tepat tanggal 08 oktober 2011 aku bermimpi, didalam mimpi tersebut aku serasa hendak masuk ke suatu pura seperti pura besakih karena puranya hampir menyerupai besakih. Aku berjalan menuju tempat di depan pintu pura , tiba-tiba ada ibu-ibu yang bertanya padaku “ dek mau sembahyang ya??? Aku menjawab “ sebenarnya saya ingin sembahyang bu tapi lupa tidak membawa pakaian adat” , karena dalam mimpiku aku masih mengenakan kaos warna putih dan jeans panjang.

Saya turun dari tangga untuk kembali pulang mengambil pakaian adat. Tiba-tiba arah yang aku tuju bukan kearah rumahku, tapi aku masuk di suatu tempat yang sedikit agak petang. Ternyata aku masuk di suatu rumah yang tak sengaja aku melihat ada lukisan dibingkai warna emas dengan gambar tokoh pewayangan “SEMAR”(disebut sebagai Sang Hyang Ismaya, tokoh filosofi Jawa) yang background gambarnya berwarna merah. Aku lihat terus gambar semar itu, sampai aku merasa ada keanehan dengan gambar itu. Merasakan semar itu mau berbicara padaku, serasa ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tapi aku terkejut dengan adanya bapak-bapak yang menghampiriku dan bertanya secara langsung kepadaku “Nduk kamu agamanya apa?? Saya jawab “ saya beragama hindu pak”, bapak-bapak itu kembali bertanya padaku “ kamu baru ya jadi hindu???” saya kaget dengan perasaan bingung, tapi saya menjawab “iya” dengan sedikit malu dan takut, bapak itu bertanya lagi “ kenapa kamu memilih beragama hindu???? saya menjawab dengan tegas “ karena saya mencari Tuhan yang mencintai semua mahkluk, tidak seperti ajaran saya terdahulu yang selalu mengisi pikiran saya dengan doktrin yang semakin hari membuatku takut”. tepat jam 08.05 WIB aku terbangun dengan perasaan yang sangat terharu dan sedikit takut.

Memang saat itu bangunku kesiangan, aku terlalu menikmati mimpi itu. Kenapa aku bermimpi seperti itu, aku berfikir apakah semua ini petunjuk untukku??? Aku menyimpulkan makna mimpiku itu, aku akan diberi petunjuk kalau aku memang akan sembahyang dipura, dipikiranku petunjuk apakah itu?? apakah aku harus pergi ke besakih?? Karena yang terlihat pura itu menyerupai besakih. Dan Sesosok Tokoh pewayangan Semar, tokoh yang sangat arif dan bijaksana. Apakah aku harus bisa memilih pilihanku secara bijaksana seperti halnya sifat yang dimiliki oleh tokoh Semar ????.

Aku bertanya-tanya kembali, Apakah mungkin makna mimpiku seperti itu??? serta bapak-bapak yang bertanya tentang keyakinanku itu, apa menunjukkan kalau aku memang yakin dengan pilihanku itu. Apakah ini jawaban dari semua perjalanku selama ini. Aku teringat kembali sloka bagawad gita (4:11). Aku merasa ada semangat, merasakan ada keajaiban yang membuatku sangat yakin dengan jalan yang aku pilih ini. Pertama kali aku mendapatkan mimpi yang bagiku adalah suatu anugrah dari Sang hyang Widhi. Aku menangis terharu, dalam hatiku “Sang Hyang Widhi terimakasih atas jawaban yang engkau berikan kepadaku” Aku tak banyak bertanya-tanya lagi akan makna dari mimpi itu, karena bagiku memang semua sudah jelas itu petunjuk Sang Hyang Widhi untuk memantapkan pilihanku.Tanpa ragu aku benar-benar memutuskan untuk meyakini kalau agamaku sekarang hindu. Aku berfikir ini adalah awal dimana aku memulai menuju jalan hidupku. Jadi apapun yang akan terjadi aku akan tetap mempertahankan demi keyakinanku. Aku siap apapun konsekuensinya.


Saat itu aku tak berani bercerita kepada kedua orang tuaku. Hanya poeperlah yang aku ajak sharing tentang mimpi indahku itu. Perasaan bahagia bercampur terharu, aku berfikir “Sang Hyang Widhi memang sangat menyayangiku”. Aku mencoba membuka FBku dan update status, karena ingin berbagi apa yang aku rasakan saat itu. Tapi tanpa diduga banyak sekali yang koment tentang apa yg aku rasakan saat itu. Tak sedikitpun dapat tanggapan bagus, banyak pro dan kontra. Terutama sahabat-sahabatku semasa SMA, mereka menentangku mentah-mentah kalau aku dilarang untuk masuk hindu. Sampai-sampai aku mendapat cacian dan sikap yang tidak mengenakkan. Sempat juga aku diajak debat oleh salah satu temanku yang beragama islam dia begitu fanatik terhadap agama lain.

Sebut saja dia “Mr. A”. Dia mengejekku aku kafir, karena keluar dari agama islam. Dia berusaha ngajak ngobrol aku, “Mr.A” sedang berusaha mempengaruhiku untuk bisa kembali ke agama islam. Dia bilang kepadaku “Allah tidak akan memaafkanmu karena kamu sekarang kafir jadi cepatlah kembali keislam, aku jawab “kenapa kamu bisa berkata seperti itu padaku???? Emang kamu tahu hakikat Tuhan dalam agamamu??? “Mr.A balik menjawab ”jelas tahu”. Kamu sudah menjadi kafir, jadi Allah akan menghukummu dineraka kelak, aku menjawab “Bagiku yang hanya bisa menghukum aku adalah perbuatanku sendiri yang aku lakukan dikehidupan terdahulu, sekarang dan dikehidupan mendatang. “Mr.A” malah gak bisa jawab, malah kembali menjugde “hindu menyembah berhala dan selalu menggunakan dupa dan bunga untuk sembahyang, benar-benar memuja setan ” aku teringat pernyataan ini, karena aku dulu juga sempat berfikir seperti itu, aku kembali menjawab “Bagiku hindu tidak menyembah patung, karena Tuhan selalu ada dalam setiap jiwa manusia itu sendiri. Kalau memang kamu menganggap hindu menyembah patung apakah di islam juga sama halnya dengan anggapan kamu menyembah berhala??? Lihat saja ka’bah yang berdiri kokoh di mekkah itu juga terbuat dari batu.

Umat muslim begitu memujanya, menciumi batu hajar aswat, apakah itu bukan dianggap berhala. si Mr.A hanya diam, aku menjawab kembali Sedangkan dupa dan bunga digunakan untuk sembahyang itu adalah sebagai simbol upasaksi, atau sang penyaksi dari sembahyang yang umat hindu lakukan meyakini simbol dari sinar sucinya Tuhan, eh jangan salah nanti para penghuni surgamu juga akan mempunyai pedupaan yang dibuat dari kayu gahara (keterangan dari Abu Hurairah r.a). Aku menjawab lagi ketika dia tak bisa jawab” aku asalnya islam friend , jadi aku sudah bisa bandingkan mana yang baik untuk diriku mana yang buruk pula untuk diriku, jadi tak perlu kamu menjudge aku seperti itu. belum tentu apa yang kamu lakukan baik di mata Tuhan. Akhirnya si Mr.A tak bisa menjawab lagi. Dan pergi dengan nada kasar. Batinku “ sukurin lu, niat ngajak debat malah gak bisa jawab”. Hehhehehe....


Keesokkan harinya tepat minggu kliwon, aku ingin sekali mengikuti persembahyangan kliwon. Akhrinya poeper mengajakku ke pura giri nata untuk kedua kalinya. Tapi dalam kesempatan ini aku masuk pura merasakan ada sesuatu yang sangat berbeda. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hatiku. Serasa masuk dirumahku sendiri, serasa iklas dengan penuh kesadaran. Berbeda ketika aku mengikuti hari raya kuningan 16 juli 2011 yang lalu, ketika belum memahami arti menjadi hindu. Bagiku ini benar-benar anugerah dari Sang Hyang Widhi.


Sejak saat itu aku mulai membentuk keyakinanku dengan penuh bhakti kepada Sang Hyang Widhi. Aku semakin membentuk pribadiku semakin religius. Aku merasa semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. serasa sudah menemukan jati diriku. Setiap masuk hari kliwon dan purnama aku selalu ikut persembahyangan, rasanya sangat bersemangat sekali untuk mengikutinya. Rasa minder ku sedikit demi sedikit mulai menghilang. Aku memberanikan diri untuk sembahyang sendiri dipura tanpa ada poeper ataupun orang tua poeper. Aku sudah berprinsip “masak mau sembahyang harus ada yang menemani”. Meskipun tidak ada yang menemani, Sang Hyang Widhi selalu menemani dimanapun aku berada.
Berjalannya waktu, aku menyampaikan keinginanku pada poeper kalau aku ingin segera di “Sudhi Wadani”. Poeper pun menyampaikan ke orang tuanya, tapi katanya menunggu kalau pas “Pawiwahan” saja. Sebenarnya keinginanku sudah menggebu-gebu. Karena aku sudah memiliki jiwa militan terhadap hindu. Berhubung sudhi wadani butuh biaya banyak, aku berusaha bersabar. Merasakan kedamaian itu sudah merasa cukup.


Sejak itu orang tuaku tidak tahu jalan pilihanku ini, aku merahasiakannya didepan orang tuaku. Karena dengan aku diam orang tuaku tidak akan marah padaku. Aku berusaha selalu bersikap biasa di depan orang tuaku, dan orang tuaku juga tak merasa ada perbedaan padaku. Aku juga berusaha menjaga ini semua. Karena bagiku ini bukan waktu yang tepat untuk aku sampaikan ke orang tuaku.


Tepat memasuki pertengahan oktober gempa menimpa pulau Bali. Bertepatan kedua orang tuaku mendapatkan pekerjaan di Bali. Aku sangat mengkhawatirkan keadaan kedua orang tuaku. Aku sangat bersyukur orang tuaku masih dilindungi oleh Tuhan. Tapi entah dapat cobaan apalagi menimpa keluargaku tanggal 19 oktober 2011 tepatnya pukul 18.30 WITA, aku mendapat berita yang membuat aku terpukul sekali. Aku diberitahu Ibuku kalau ayahku mengalami kecelakaan di Denpasar, tapi tempat kejadian kecelakaan ayahku jauh dengan tempat kerjanya. Ayahku ditabrak oleh penduduk asli bali.

Aku tak bisa menahan kegelisahan memikirkan ayahku. Ayahku dirawat di RS Sanglah Denpasar. Ketika dirawat di RS tersebut dalam waktu tiga hari ayahku sudah dipulangkan oleh dokter. Aku heran kenapa dalam waktu secepat itu ayahku sudah dipulangkan. Dilihat dari hasil rontgen dan cityscan tak ada tanda-tanda apapun. Tapi keadaan ayahku melemah. Entah apa yang dikeluhkan ayahku. Serasa ada kekuatan magis yang mempengaruhi keadaan ayahku. Konsentrasiku terhadap kuliah mulai terbengkalai lagi. Serasa aku ingin menyusul ayahku di Bali, tapi serasa tidak mungkin karena bertepatan dengan waktu PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) ku. Memasuki awal november keadaan ayahku bukannya tambah membaik, tapi semakin memburuk saja.

Akhirnya ayahku meminta paksa pulang ke Jawa. Didalam perjalanan keadaan ayahku semakin drop. Ibuku merasa tak kuat melihat keadaan ayahku, sampai akhirnya dimasukkan di RS swasta. Untungnya RS tersebut tidaak terlalu jauh dari rumahku. Jadi aku bisa jenguk ayahku secepatnya. Sudah satu minggu ayahku di rawat di RS tersebut tapi keadaan ayahku semakin parah saja. Aku pasrahkan kepada Sang Hyang Widhi, jika memang saat ini ayahku akan di ambil , ambilah. Jangan siksa ayah ku seperti ini. Ayahku merasakan kesakitan hebat di bagian kepala dan pinggangnya. Sampai akhirnya ayahku di rujuk Di RS. Kristen Surabaya, kebetulan kakak tiriku bekerja di RS tersebut. Setelah di cek ternyata ayahku mengalami keretakan pada tengkorak kepala dan pendarahan ginjal yang sampai membuat ginjal kirinya rusak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya. Tapi aku berusaha berdoa sebisaku.

Aku duduk di samping ayahku ,aku tenangkan ayahku dengan aku usap pelan-pelan pinggang ayahku dengan doa “mantram gayatri” aku ucap pelan-pelan dengan penuh keyakinan sampai ayahku berhenti merasakan kesakitan itu. dengan pelan-pelan pula ayahku tertidur. Aku menangis terharu didekat ayahku Aku bersyukur “Astungkara” terimakasih Sang Hyang Widhi atas kuasamu, ini keajaiban yang sangat berharga untukku dan nyawa ayahku. Memasuki waktu hampir satu minggu aku tidak mengunjungi ayahku karena memang aku harus membagi waktuku dengan kuliah dan PKL ku. Keadaan ayahku semakin membaik dibanding dengan keadaan sebelumnya, tapi masih belum diperbolehkan untuk pulang. Semenjak aku berada dirumah aku bersembahyang sebisaku.

Setiap malam tepat jam 00.00 WIB aku mulai menyalakan dupa bergegas sembahyang. Aku memohon maaf atas setiap apa yang aku lakukan, mendoakan agar ayahku agar diberi kesembuhan. Aku duduk didepan dupa yang aku nyalakan, aku mulai merenungi kejadian demi kejadian yang menimpa keluargaku. Aku berfikir semua ini memang karma masa lalu yang menimpa keluargaku. Tapi aku mulai befikir, memang benar keajaiban terletak pada keyakinanku “mantram gayatri” adalah penuntun segalanya. Aku menangis tak tertahan. Aku terharu “betapa indahnya karuniamu Sang Hyang widhi atas keyakinan yang aku peroleh saat ini” ucapan syukur aku ucapkan berkali-kali dengan sedikit terisak-isak. Hampir dua jam aku duduk di depan dupa , waktu beranjak pukul 02.00 WIB , aku beranjak tidur karena harus bangun pagi.
Genap tiga minggu ayahku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, karena keadaan ayahku sudah cukup baik. Satu yang aku ingat saat itu yang keadaan ayahku masih tak memungkinkan untuk bisa bertahan hidup tapi ini benar-benar suatu keajaiban. Aku hampir tak percaya , dalam hatiku adalah ini anugrah Sang hyang Widhi yang sudah mengabulkan doaku melalui “gayatri mantram”.


Sejak saat itu pula ayahku berhenti kerja sampai sekarang. Tapi aku sangat bersyukur masih bisa melihat ayahku dan ibuku. Aku melihat ada kedamaian dalam keluargaku yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan langsung dilingkungan keluargaku. Aku mulai senang bisa berkumpul lagi bersama orang tuaku. Orang tuaku memutuskan dirumah saja menemani aku dan saudaraku.


Aku tetap menjalankan prinsipku dengan kehinduanku. Aku tetap menjalankan sembahyang seiklas aku menjalaninya, tanpa merasa ada paksaan dalam hatiku. Awalnya aku sembahyang di rumahku sendiri tidak berani memakai dupa, karena aku masih menghargai keluargaku dan orang disekitar rumahku. Takutnya punya pikiran macam-macam. Tapi sebulan kemudian aku memberanikan diri untuk sembahyang memakai dupa, setelah sembahyang dupa aku matikan. Dan tak ada yang komplain ketika itu. keluargaku tak ada rasa curiga apapun padaku terutama orang tuaku. Mungkin orang tuaku sudah tahu apa yang aku lakukan mereka diam saja, dan berusaha menerima apa yang aku lakukan. Orang tuaku juga tidak pernah mengingatkan aku sholat seperti halnya yang pernah dilakukannya padaku. Aku sedikit lega ketika orang tuaku bersikap seperti itu. Mungkin dalam benak orang tuaku ,”sudah tak patut jika aku memaksakan kehendak anakku”. Tapi orang tuaku tak pernah mengajakku berbicara masalah keyakinaku. Serasa semua ini tak di permasalahkan. Aku merasa semuanya memang rencana Tuhan, tak lupa aku ucap syukur kepada Sang Hyang Widhi.


Menjelang hari natal tiba, bertepatan kuliahku libur tanggal 22 Desember 2011 aku minta izin orang tuaku untuk berlibur ke klaten jateng, tempat poeper kuliah. Rencana nya poeper mengajakku tirta yatra ke Candi Cetho yang terletak di dusun Ceto Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar jawa tengah. Aku begitu sangat antusias sekali karena baru pertama kali juga aku berwisata religi. Keesokkan harinya tepat Jam 07.00 WIB Aku bergegas siap-siap menuju lokasi tirta yatra. Cuaca saat itu begitu sangat cerah menggambarkan situasi hatiku. Kurang lebih 2,5 jam perjalanan akhirnya aku dan poeper sampai candi cetho. Di daerah candi cetho aku merasakan suasana pedesaan yang sangat alami, benar-benar melihat kuasa Sang Hyang Widhi.

Aku terheran-heran bagaimana para leluhurku ini bisa membuat candi cetho ini, hampir pada ketinggian 1400m diatas permukaan laut. Benar-benar luar biasa. Aku terkagum-kagum dengan suasana itu. Sebenarnya aku ingin sembahyang di candi cetho tersebut, tapi berhubung aku sedang cuntaka aku berusaha minta izin pada para leluhur kalau tujuanku baik, hanya ingin melihat keindahan yang sudah di buat oleh para leluhur. Aku berfoto-foto mengahabiskan waktuku disana. Aku merasakan kedamaian berada disana. Rasanya aku tak ingin pulang. Aku merasa sudah betah tinggal disana. Tak ada halangan apapun ketika aku berada disana, karena aku berfikir” aku sudah izin kepada leluhurku, dan berdoa kepada sang hyang widhi.

semua ini aku lakukan karena semata-mata aku ingin berbhakti kepada leluhurku”. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, aku dan poeper memutuskan untuk lanjut ke perjalananku selanjutnya, ke situs Menggung. Situs ini adalah tempat moksa-nya Raja Majapahit terakhir – Prabu Brawijaya V. Didalam perjalananku menuju situs menggung ada keajaiban. Mendung sangat tebal menyelimuti perjalananku dan poeper. Aku serasa tampak panik, dalam hatiku “sebentar lagi hujan akan turun”, poeper berkata padaku “ kita lanjut perjalanan atau pulang saja”, aku bingung. Tapi aku merasa tetap ingin ke sana (situs menggung). Gerimis sudah mulai turun, perjalanan tetap aku lanjutkan dengan poeper sembari berfikir. Akhirnya aku bilang ke poeper,”kita lanjut perjalanan saja”. Didalam perjalanan aku berdoa, aku memohon izin kepada Sang Hyang Widhi agar merestui tujuan spiritualku ini”.

Aku mengucap gayatri mantram tanpa henti, sampai ditengah-tengah perjalanan aku merasakan ada keajaiban datang menghampiriku. Beberapa menit yang lalu mendung begitu serasa mau jatuh, hanya tinggal meneteskan titik air hujan yang sangat deras. Tapi apa yang aku dapat, tenyata cuaca pun berubah berganti cerah seakan tak ada mendung sedikitpun. Aku sangat bersyukur sekali kepada Sang Hyang Widhi atas izinnya. Dengan penuh semangat akhirnya akupun tiba ditempat tujuan. Rasa mistisnya pun terasa, aku tak berani masuk di situs menggung karena aku sedang cuntaka. Akhirnya poeper memutuskan untuk masuk sendiri dan sembahyang disana. Selang beberapa menit poeper keluar dan mengajakku untuk masuk meskipun aku sedang cuntaka.

Aku tetap tak mau karena aku takut terjadi hal yang tidak-tidak. Dengan perasaan tak menentu akhirnya aku menuruti apa yang di minta poeper, tapi sebelum masuk poeper mengingatkan aku kalau harus izin dahulu. Tepat diatas tangga situs menggung dalam hati aku berkata, “ om swastyastu, aku pasrahkan semua ini kepada mu Sang Hyang Widhi. Aku tak ada niatan apa-apa selain mengingat akan kuasamu. Semoga tidak terjadi apa-apa. Dan mohon maaf untuk leluhurku, mohon izinkan aku dengan keadaan tidak sucianku ini masuk untuk melihat peninggalanmu. Astungkara. Dengan keadaan pasrah dan yakin aku mulai memasukinya. Aku benar-benar merasakan rasa mistis yang begitu sangat kental. Dalam waktu 5 menit aku memutuskan untuk keluar dari area, aku merasa tidak kuat. Aku merasa ini sudah cukup, terpenting aku sudah bisa melihat peninggalan leluhurku. Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB aku dan poeper memutuskan untuk pulang ke Kediri Jawa timur. Dengan perasaan senang dan ucapan syukur “Awignam astu” akhirnya rasa capek ku terbayar sudah dengan kegembiraanku bisa mengunjungi peninggalan leluhur di Jawa tengah.


Aku sangat bersyukur dengan kedamaian yang aku peroleh saat itu. Aku benar-benar berterimakasih kepada Sang Hyang Widhi atas karma yang aku terima dikehidupanku ini. Aku bersyukur bisa kembali ke jalan dharma. Aku sempat berbicara dengan poeper “Apapun yang terjadi aku akan tetap mempertahankan kehinduanku. Karena Sang Hyang Widhi sudah memberikan jawaban untukku yang belum tentu orang lain dapatkan”. Aku berdesir ketika mengatakan itu. aku merasa ada semangat baru dalam diriku.
Memasuki awal tahun 2012 aku merasakan menjadi manusia baru. Merasakan penuh semangat untuk menjalani hindupku menuju jalan dharma. Aku berdoa kepada Sang Hyang Widhi agar selalu memberikan waranugraha kepadaku.


Aku sudah mulai masuk semester VIII (semester akhir) dimana aku harus memperjuangkan masa depanku. Aku merasa disibukkan dengan tugas akhirku. Semua ini juga kadang membuat aku sempat putus asa, tapi aku berusaha bangkit dari semua ini. Aku merasa harus lebih bersyukur dengan semua ini. Bagiku Sang Hyang Widhi akan selalu bersamaku. Keluargaku, keluarga poeper dan poeper selalu memberiku semangat untuk bisa menyelesaikan ini semua. Aku sangat bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ini. Aku merasa menemukan rumah baruku, memang inilah jalanku.


Memasuki bulan ke 3 , maret 2012 bulan yang begitu aku nantikan. Aku benar-benar menunggu moment seperti tahun kemarin. Karena mengingat bulan maret adalah bulan menyambut hari raya nyepi tahun baru caka 1934. Bertepatan dengan banyaknya kegiatan kampusku. Jadwal sudah terlihat jelas semuanya berbenturan dengan acara melasti dan perayaan nyepi. Aku berharap ada keajaiban dibulan maret ini untukku, mengingat aku belum pernah merayakan nyepi secara langsung di pura bersama poeper dan keluarganya. Aku berdoa semoga Sang Hyang Widhi benar-benar mengabulkan keinginanku.


Bulan maret bagiku sangat istimewa, tanpa aku sadari awal maret adalah awal aku dapat keajaiban itu. tepat tanggal 03 Maret 2012 ibuku berbicara padaku masalah keyakinanku. Ibuku berkata padaku “ Ibu sudah tahu keyakinan yang kamu pilih, ayah dan ibu tidak mempermasalahkan semua itu, terpenting kamu bisa bertanggung jawab dengan pilihanmu itu”. Hatiku benar-benar bedesir mendapatkan lampu hijau dari orang tuaku. aku sangat senang sekali.
Kembali ke kegiatan kampusku, aku berharap dibulan maret adalah hari yang membahagiakan untukku. Mungkin ini sudah menjadi bagian dari rencana ku awal, dan Sang Hyang Widhi mengabulkan doaku sedikit demi sedikit. Jadwal kampus yang awalnya berbenturan dengan perayaan nyepi. Awalnya tanggal 18 , 24 dan 25 maret 2012 adalah jadwal yang ditentukan kampus yang wajib diikuti mahasiswa semester VIII, karena memang tanggal 18 maret adalah acara untuk melasti di bendungan siman, sedangkan tanggal 24 dan 25 maret masih menikmati ramainya hari raya nyepi. Tapi aku berdoa semoga Sang Hyang Widhi mengabulkan doaku, akhirnya tanggal yang disesuaikan kampus benar-benar tidak terjadi dan diundur tanggal berikutnya. Aku sangat bersyukur sekali bisa mengikuti prosesi rangkaian nyepi tanpa ada halangan. Tepat tanggal 18 maret 2012 acara melasti di bendungan siman berlangsung. Aku sangat menanti itu semua. Aku bersemangat sekali, bergegas siap-siap mempercantik diri , mengenakan kebaya yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Aku merasa menjadi manusia yang paling bahagia. Aku merasa bersyukur bisa mengikuti acara melasti tanpa ada halangan sedikit pun. Tak lupa aku ucapakan rasa syukurku pada Sang Hyang Widhi. “Awignamastu”.


Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Tepat tanggal 22 maret 2012 Tawur kasanga berlangsung. Aku menantinya dengan penuh suka cita. Tepat pukul 17.30 WIB aku siap-siap berangkat ke pura bersama poeper dan keluarganya. Aku tak pernah merasakan rasa berdebar-debar bahagaia seperti ini. jantungku berdebar semakin kencang, sampai aku tiba di depan pura. Aku memohon waranugraha dari sang hyang widhi sembelum memulai persembahyangan , agar tawur kasanga yang aku ikuti pertama kali ini berjalan lancar. Persembahyangan dimulai, kedamaian dan kebahagiaan menyelimuti perasaanku.

Aku merasa menangis bahagia. Selesai acara persembahyangan siap-siap mulai berkeliling desa memulai arak-arakan ogoh-ogoh. Rasa capekku tak terasa dan terbayarkan oleh kegembiraanku dan Aku sangat bahagia bisa diberi kesempatan dapat mengikuti prosesi tawur kasanga. Tepat jam 23.00 WIB daerah pura giri nata sudah mulai hening. Aku bergegas pulang kerumah poeper untuk istirahat sebentar, Aku tak sempat memikirkan sehabis prosesi tawur kasanga ini apa yang harus aku lakukan.Tapi aku memutuskan untuk tidur di tempat poeper dan ingin mengikuti pawasa selama 24 jam. Dalam hatiku berkata “bisa nggak ya aku melakukan catur brata dan upawasa selama 24 jam”???? aku masih ragu karena belum pernah menjalani catur brata penyepian tanpa boleh keluar rumah dan melalukan apa-apa. Tapi aku yakinkan diriku kalau aku pasti bisa melakukan catur brata penyepian. Tepat pukul 00.00 WIB aku sembahyang agar keyakinanku untuk melakukan catur brata berjalan lancar.


23 Maret 2012 , aku memulai catur brata penyepian dimulai dari pukul 06.00 –06.00 WIB keesokkan harinya. Waktu terus berjalan aku merasa terbiasa melakukannya, sampai waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Aku heran sekali kenapa aku tidak merasakan lapar ataupun lemas padahal aku sama sekali tidak melakukan aktifitas apa-apa, sedangkan puasa kalau di jalani dengan berdiam diri itu lapar dan lemasnya pasti terasa. Padahal sebelumnya aku menjalani puasa secara islam dahulu jam 15.00 WIB perut selalu merasakan lapar. Aku berfikir semuanya terletak pada keyakinanku. Aku merasa sangat bersyukur atas kekuatan yang sudah diberikan Sang Hyang Widhi kepadaku.
Keesokkan harinya ngembak geni berlangsung, aku merasakan kebahagiaan yang tak ternilai bisa dharma shanti dengan umat hindu di dalam pura giri nata. Kedamaian yang sangat berharga untuk aku peroleh.


Dari apa yang aku sampaikan ini semua tersusun rapi sesuai harapanku.Sang Hyang Widhi memberikan waranugraha yang bagiku sangat berharga. Setiap kejadian demi kejadian yang aku rasakan semua tak lepas dari keyakinanku untuk memeluk hindu. aku setiap saat bisa merasakan kedamaian. Bisa menjadi manusia baru yang menemukan jati diri sesungguhnya. Aku bersyukur bisa diberikan karma yang indah di kehidupan sekarang. Semua ini tak lepas dari orang-orang disekalilingku yang mendukung aku bisa sampai seperti ini. Semua harapanku sudah tercapai dan masih 1 hal yang aku inginkan saat ini yakni ingin segera di “SUDHI WADANI” . Tapi aku berusaha bersabar menanti waktu yang tepat. Tanpa rasa bosan kuucapakan rasa syukurku kepada Sang Hyang Widhi.


Tulisan ini aku persembahkan untuk Papa Mama dan poeper yang selalu menerangi hari-hariku. Terimakasih untuk Papa dan mama yang sangat aku sayangi. Terimakasih untuk poeper yang tak pernah bosan mendampingiku. Serta tak lupa untuk Bapak dan Ibu camerku yang selalu membimbingku selama ini.

-------------------------
OM Shanti, Shanti, Shanti OM

43 comments:

  1. inspiratif n selamat bergabung dijalan Dharma

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sungguh terharu saya membaca bgm perjalanan mbk dan perjuangan yg sedemikian rupa, tanpa pernah ada angan2 serta mempengaruhi keyakinan mbk sebagai umat manusia, dgn berbeda cara dan pandangan awal saja yg mewarnaia kehidupan mabk. Ketika waktu yg memproses dan Karma mbak sehingga ada suatu pengalaman spritual yg sesungguh , siapa diri kita dan spt apa dan bagaimana serta kemana sesunghuh tujuan hidup kita. Dan ketika mbak membaca Bhagawad Gita dalam bab4:11 yg menyatakan dari jalan manapun mbak menuju beliau, dan beliau ada dan menerimanya ( kalau saya tidak salah mengingatnya).
      Selamat. .kami yg notabena Hind juga belum paham betul ttg Hindu, akan ttp niat kami tetap berusaha eperbaiki melalui CINTA KASIH, TATWAMASI,PERCAYA PANCA SRADAH , sbg Dasar Hindu, Tri Hita Karana sebagai Acuan didalam kehidupan ini, Trikaya Parisudha sebagaipenggerak kami,Tatwa,Susiladan upc sebagai 3 kerangka Hindu kami dll. Bersyukur saya bisa membaca kisah hidup mabk semoga kita semua yg ada di Jagat Raya ini selamat sentosa.

      Delete
  2. Follow your heart mbak, ikuti panggilan alam. Hk karma akan menuntun langkahmu.

    ReplyDelete
  3. Follow your heart mbak, ikuti panggilan alam. Hk karma akan menuntun langkahmu.

    ReplyDelete
  4. Follow your heart mbak, ikuti panggilan alam. Hk karma akan menuntun langkahmu.

    ReplyDelete
  5. Very good,,, inspirasi untuk anak muda

    ReplyDelete
  6. Historinya sangat menyentuh hati,Semoga slalu damai,...

    ReplyDelete
  7. Semoga Shanti Dan Jagaditha

    ReplyDelete
  8. Tak Terasa air mata menetes krn haru . Ceritanya mirip dgn pacarku dulu yg kini sdh menjadi istriku..dlm hindu dia rasakan tdk ada paksaan utk membenci ciptaan tuhan, selamat begabung di jalan kedamaian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om suastyastu.
      Ampure..
      Maaf Bli, Hindu bukan paksaan dan jalannya bukan perekrutan. Jadi kata bergabung mungkin kurang tepat.. maaf sebelumya. Om Santi Santi Santi om

      Delete
  9. Inspiratif, akan tetapi ada hal yang perlu disampaikan apabila semua yang anda dapatkan memang benar keajaiban kenapa tidak diceritakan pada orang tua dan kerabat dekat,karena bisa saja hanya dengan alasan calon suami anda orang hindu maka anda menulis sebuah tulisan alasan. Bukankah dari tulisan anda sudah sangat bagus jika di ceritakan mininal ke orang tua agar mereka juga menyadari jalan dharma

    ReplyDelete
  10. Semoga selalu dituntun di jalan Dharma

    ReplyDelete
  11. perjalanan yg panjang dan penuh liku semoga selalu di tuntun berjalan di jalan Dharma yang penuh cinta dan kasih....Astungkara damai dan bahagia selalu..

    ReplyDelete
  12. Jadilah Hindu karena hati, bukan paksaan Dan bukan karna orang lain. Semangat!!! Om santi santi santi om

    ReplyDelete
  13. om lokah samastah sukhino bhawantu

    ReplyDelete
  14. Selamat kembali ke jalan dharma, penjaga budaya dan pelindung ajaran nenek moyang... Salut yg mendalam .

    ReplyDelete
  15. Selamat kembali ke jalan dharma, penjaga budaya dan pelindung ajaran nenek moyang... Salut yg mendalam .

    ReplyDelete
  16. Spiritnya sangat terasa, Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru, semoga kekuatan suci leluhur akan selalu melindungi...apapun jalan yang kita tempuh asal kita betul betul tulus, tidak mesti satu jalan benar dan jalan yang lain salah itu artinya masih ada ego dalam diri

    ReplyDelete
  17. Menyentuh hati sekali...
    Suksma sudah berbagi cerita

    ReplyDelete
  18. Gayatri mantra yang sangat berpengaruh dalam membuka spritual manusia kepada Sang Pencipta dan itu saya buktikan...bahkan penyelamat buat hidup kami sekeluarga.

    ReplyDelete
  19. Om namah Shiva....suksma tlah berbagi kasih walau lewat tulisan...tak trasa airmataku jatuh... dan salah satu bukti orang non hindu bnyak rasa ingin tahunya ttng hindu yaitu tak pernah bosan bosannya umat non hindu menonton acara ataupun film yg bernuansa religi hindu... tathastu mgi santhi ring jagat

    ReplyDelete
  20. Inspiratif, semoga keiklasan menganugrahi kedamaian abadi..svaha.

    ReplyDelete
  21. Jika suatu hari didepan sana keadaan memaksa kita untuk memilih antara agama atau welas asih, mohon pilihlah welas asih...

    ReplyDelete
  22. dumogi bali state rahayu lan shanti
    svaha

    ReplyDelete
  23. Masih setia dengan islam :D bukan tanpa ilmu. tentang Muhammad SAW dalam kitab hindu https://www.youtube.com/watch?v=Dnir7BAsXGQ
    .
    salam damai semuanya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah :), Saya hanya ingin meluruskan saja tentang muhamad saw dalam kitab Hindu itu sudah banyak bantahannya :), dalam mengambil keputusan, alangkah baiknya kita mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat yang pro dan kontra sebagai bahan masukan untuk jiwa ini :)

      Delete
  24. Pencapaian Dharma yg bahkan tdk semua orang Hindu dpt memahami nya..

    Selamat karena atman telah mengenal Brahman

    ReplyDelete
  25. Beragama atau tidak itu panggilan hati.. hindu atau tidak itu panggialan hati.. selamat mengikuti panggilan hati

    ReplyDelete
  26. Kisah yg sngt inspiratif, perpindahan agama tanpa ad konflik serta sikap saling toleransi yang tinggi. Utamakan cinta dan welas asih kepada setiap makhluk bukan hanya pada manusia saja.
    "Apa yang kamu tanam itulah yang akan kamu tuai, demikian lah ketentuannya tak terkecuali pd makhluk apapun". Semoga tetap pada pilihan hatimu
    Namo Buddhaya
    Sadhu sadhu sadhu _/|\_ :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa yang kau pikirkan itulah yang kau tuang, Om Namo Budhaya. Sadhu sadhu sadhu
      _/|\_

      Delete
  27. LHO INI KAN JUDUL BUKU KARANGAN PAK NGAKAN,... BUKAN KISAH PEREMP YG DI FOTO ITU, GMN SEH!!

    ReplyDelete
  28. Nice, salutt , hindu itu fleksibel , tidak ada paksaan , Hidup sanatana dharma ✌

    ReplyDelete
  29. Cerita ini terlalu lucu,
    ini bukan kisah yg sebenarnya, ini cuma karangan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sudah mengontak beliau untuk mempublish cerita ini, namun beliau berpesan jangan sertakan alamat FBnya langsung karena pertemanan beliau sudah terlalu banyak, kalau anda ingin tau fbnya dan ingin berbicara langsung dengannya, bisa email saya, saya kan memberikan alamat url FBnya :)

      Delete
  30. Terus terang saya jadi malu baca cerita diatas. Saya yang dari lahir beragama hindu tapi saya belum bisa menjalani ajaran hindu.

    ReplyDelete
  31. Welcome to dharma.. Tp maaf... Hindu itu memang begitu.... Banyak hari rayanya... Tp tnang aja... Dlam hindu tdak ada sistem paksaan.. Percuma kita terlihat selalu mendekat dengan tuhan.. Tapi dalam hati kita tertekan.. Kan ngaak tulus jadinya...

    ReplyDelete
  32. Yang percaya boleh percaya... Yang ngak percaya,tidak dilarang untuk tidak percaya... Salamm damai...

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar secara sopan dengan menggunakan bahasa baku yang baik dan benar demi menghindari spam.