Home » » MENGENAL KIBLAT DALAM BERSPIRITUAL

MENGENAL KIBLAT DALAM BERSPIRITUAL

MENGENAL KIBLAT DALAM BERSPIRITUAL
ARAH TIMUR ADALAH KIBLAT KAHURIPAN [ SIWA ]
ARAH BARAT ADALAH KIBLAT KASUNYATAAN [ MOKSHA-NIRVANA ]
TENGAH/DIRI ADALAH KIBLAT BUDDHI [ BUDDHA ]

Memahami kiblat diri/ bathin adalah mutlak karena kiblat lainnya adalah kelanjutan dalam proses kehidupan yang dinamis dan holistik. Diri atau Tengah adalah awal dan akhir dari perjalanan proses spiritual, kenapa dinamakan awal dan akhir karena berawal dari dalam diri, juga akan berakhir didalam diri.Proses kehidupan alam materi ini adalah merupakan kuasa ruang dan waktu kehidupan itu sendiri. Kuasa ini meliputi kehidupan dan kematian sel hidup tersebut, begitupun mengenai kehidupan zat pelengkap sel yakni unsur air, unsur plasma, unsur udara, unsur panas termasuk sisa pembakaran yang dibuang oleh pertumbuhan sel tersebut.Namun gelap bukan berarti akhir dari perjalanan proses kehidupan, sejatining urip sesungguhnya tidak menganal kematian dan kehidupan, sejatining urip adalah zat yang kekal dan abadi, dialah hidup sejati itu. Gelap identik dengan terhentinya kehidupan alam materi, maka saat gelap inilah sesungguhnya mulainya kehidupan sejati urip atau roh / spirit itu. Bagaimana mengenali sejati/urip/roh tersebut ada didalam diri manusia. Sekali lagi disinilah fungsi mengenal kiblat tengah itu yakni sang diri/buddhi/bathin. Mengenal kiblat diri atau tengah menunjuk pada ada sinar atau cahaya yang berkilauan pada dasar hati, dimana cahaya itu berasal dari kontemplasi bathin yang telah bangkit. Cahaya inilah menurut kitab teologi timur dinamakan BUDDHA [ kabuddhaan ]


Memahami ada dimana, sedang apa, dengan siapa dan bagaimana langkah selanjutnya adalah sikap yang mengarah pada tengah/diri yang merupakan kiblat buddhi atau bathin. Kiblat ini yang sesungguhnya merupakan proses panjang dan memerlukan tenaga dan pikiran yang agak matang karena kiblat ini merupakan dasar dari arah atau kiblat selanjutnya.
Banyak masyarakat yang mengabaikan kiblat ini, buru buru mengarah pada kiblat yang lainnya, disinilah mereka terjebak dengan hal yang paling terpuruk sepanjang proses kehidupan spiritual maupun kehidupan lainnya. 
Cara terbaik dari mengenal kiblat diri atau tengah ini adalah dengan mengembangkan sikap peka terhadap kehidupan lain, peduli dengan kehidupan mereka, tumbuh rasa welas asih pada proses kehidupan mereka, rasa tolong menolong pada setiap tindakan kehidupan mereka. Yang terpenting adalah dengan cara tapa, brata, yoga dan samadhi sebagai inti pengetahuan semuanya. Menurut kitab teologi timur proses ini yang dinamakan sifat BUDDHA [ Gomo Buddhi Luhur ].
Kiblat kahuripan ada di arah timur [ matahari terbit ], kenapa dinamakan demikian karena segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup/urip alam materi pasti memerlukan sinar matahari sebagai asupan bahan bakar proses kehidupan yang bersumber dari sari-sari makanan yang ada dialam semesta.
Memahami kiblat kahuripan sebelumnya harus mengerti tentang pertumbuhan, apa itu pertumbuhan adalah perkembangbiakan. Berkembang baik adalah hasil perkawinan atau pertemuan dua buah unsur yakni unsur energi feminime dan maskulin yang memiliki kutub yang berbeda. Dimana posisi kedua energi tersebut adalah berlawanan. Mempertemukan kedua buah energi ini adalah dengan cara menghidupkan jiwanya, menumbuhkan rasa yang saling tertarik. Munculah persepsi kasmaran diantara keduanya, kemudian persepsi asmara keduanya memicu terjadi percumbuan energi. Ruang percumbuan ini dilakukan pada rasa hening, sinar remang-remang, penuh suasana kasemaran dengan alunan kidung semarandhana. Hasil dari percumbuan inilah yang akan melahirkan sel kehidupan yang sempurna yang akan menjadi zat inti kehidupan itu yang dinamakan sel kehidupan.
Didalam kitab teologi timur inilah hang dinamakan SIWA, pengetahuan tentang kehidupan dan proses dinamisasi kehidupannya yang memiliki sifat pengetahuan tamasika.
Kiblat Barat adalah kiblat kasunyataan [ arah matahari tenggelam ], kenapa dinamakan demikian karena gelap adalah akhir dari tenggelamnya matahari, gelap adalah lambang tidak adanya pertumbuhan sel kehidupan, bahkan gelap adalah pertanda genderang kematian alam materi.
Kasunyataan adalah proses menghubungkan urip/roh/spirit kepada inti urip yang dinamakan sejatining urip [ istilah kedjawen adalah GUSTI ]. Keterhubungan antara urip/roh/spirit dengan gusti maka lahirlah energi yang berupa rasa dan persepsi yang sangat supra yakni wujud suci, shakti dan wisesa. Rasa dan persepsi suci, shakti dan wisesa ini akan menimbulkan kepercayaan diri yang sangat kuat pada sel hidup alam materi pada kiblat kahuripan.
Hidup yang penuh percaya diri akan menjadikan kesempurnaan dalam proses kehidupan apapun, kesempurnaan ini akan ,menghasilkan mamfaat hidup yang layak bahkan bisa digunakan untuk membantu kehidupan lainnya dialam semesta. Mamfaat lainnya adalah berupa kemahardikaan hidup, menurut kitab teologi timur ini dinamakan nirvana-moksa semasih berkehidupan dialam semesta.
Inilah yang menjadi tujuan seluruh manusia yang hidup didunia ini yang sering disebut dengan istilah sukses dan bahagia. Hanya dengan memiliki rahasia pengetahuan kiblat ini manusia akan mampu melangkah dan berjalan dengan efisien waktu, tepat prinsip hukum karma dan terarah pada singasana tuhan yang benar.
Oleh Ki Duku Krena Dwajaya

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara sopan dengan menggunakan bahasa baku yang baik dan benar demi menghindari spam.