Home » , » Mengenal Kematian

Mengenal Kematian

KEMATIAN

Umumnya kalau berbicara kematian, biasanya reaksi yang muncul macam macam, tapi yang paling sering adalah reaksi takut, ngeri atau tidak rela. Padahal kematian itu sesuatu yang pasti. Siapapun kita, selebritis atau petani miskin, presiden atau pegawai rendahan, konglomerat atau pengemis, orang suci atau penjahat, dsb-nya, kita semua pasti akan mati. Jangankan orang biasa seperti kita, para yogi, mpu, danghyang, maha-siddha, jivan-mukta atau maharsi-pun hampir tidak ada yang bisa menghentikan berakhirnya kehidupan. Dan sesungguhnya semua mahluk sudah mengalami jutaan kali pengalaman lahir-hidup-mati lahirhidup-mati dalam siklus samsara [kelahiran kembali yang berulang-ulang].

Semua perjalanan kehidupan pasti menuju akhir kepada kematian. Ada yang mempercepatnya ke dalam ke sia-siaan hidup [hidup dengan melakukan banyak pelanggaran dharma yang berbahaya], ada yang menikmati keduniawian perjalanan kehidupan walau hanya sesaat [hanya sebatas saat badan fisik ada] dan ada yang bertindak benar dengan berjuang dalam perjalanan kehidupan untuk memenangkan kesadaran yang sempurna. Dalam buku-buku suci Hindu Dharma disebutkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidak akan dapat lepas dari hukum mutlak alam semesta, yaitu utpetti [tercipta, terbentuk atau terlahirkan], stithi [keberadaan] dan pralina [penghancuran atau berakhirnya keberadaan]. Sehingga ada empat kemutlakan akhir, yaitu :

1. Semua kehidupan akan berakhir pada kematian.
2. Semua pertemuan akan berakhir pada perpisahan.
3. Semua pengumpulan akan berakhir pada pembubaran.
4. Segala yang ada tercipta akan berakhir pada penghancuran.

Siapa saja yang ada di sekeliling kita [termasuk orang tua, saudara, anak, istri atau suami], apa saja yang kita miliki semasih hidup [termasuk kekayaan yang sangat banyak], kita pasti akan berpisah dengannya. Dan dari semua hal yang kita miliki semasih hidup, umumnya kita paling melekat kepada badan fisik dan pikiran-perasaan kita, sehingga yang paling sangat sulit untuk kita relakan untuk berpisah adalah kehidupan kita sendiri.

Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Bisa 7 jam lagi, 7 hari lagi, 7 bulan lagi, 7 tahun lagi, 70 tahun lagi ? Kita tidak tahu. Walaupun demikian, kematian jangan dilihat sebagai ancaman menakutkan, tapi sebagai kesempatan yang sangat baik untuk memasuki wilayah kehidupan baru yang terang dan indah. Kematian datang bukan karena sakit, kematian datang bukan karena kesengajaan [dibunuh] orang lain, kematian datang bukan karena kecelakaan, dsb-nya, tapi kematian datang semata-mata hanya karena waktunya sudah tiba.



Karena kematian tidak bisa dihentikan oleh apapun, daripada bersedih, sengsara atau ketakutan memikirkan perpisahan [yang pasti akan terjadi] tersebut, alangkah baiknya kalau kita mencari perlindungan. Dan perlindungan terbaik adalah ajaran suci dharma. Kita hanya punya satu pilihan : mempersiapkan kematian sejak jauh-jauh hari. Sebelum kita “pergi pulang ke tanah wayah” secara kacau, lebih baik kita siapkan sejak sekarang. Anda dan saya sangat beruntung, karena sebelum “pergi pulang ke tanah wayah”, sudah dapat ilmunya, sudah dapat rahasianya. Dalam artikel selanjutnya, dijelaskanlah bahwa manusia memiliki badan astral sebagai wadah jiwatman untuk memasuki alam baru yaitu alam kematian, untuk lebih jelasnya bisa klik Mengenal Lapisan Badan Astral Pada Manusia
1425025510343130793

 Sumber: Buku Samsara, Perjalanan Sang Atma, Karya I Nyoman Kurniawan

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara sopan dengan menggunakan bahasa baku yang baik dan benar demi menghindari spam.

Follow us on Facebook

Translate