Home » , , , » Mencari Kebahagiaan Abadi

Mencari Kebahagiaan Abadi


  Jiwa  manusia bersifat abadi, sempurna, tidak terbatas; dan kematian hanyalah perubahan dari satu badan ke badan lainnya. Masa lalu merupakan jawaban atas kehidupan masa kini, masa depan merupakan ketentuan pada saat kehidupan masa ini. Jiwa akan terus bervolusi dalam siklus samsara. Tetapi ada pertanyaan lain: Apakah manusia layaknya kapal kecil di laut  yang bergolak, terlempar ke atas dan ke bawah, berguling maju mundur di atas kemurahan hati dari tindakan baik dan buruk, dan tak berdaya menghadapi arus sebab-akibat yang tidak mengenal belas kasihan; atau sebuah rama - rama kecil yang di letakkan di bawah roda sebab-akibat yang akan menggilasnya tanpa belas kasihan ?

   Hati serasa menciut memikirkan hal semacam ini, akan tetapi inilah Hukum Alam. Apakah tidak ada Harapan, jalan keluar ? Haruskah kita putus asa ? Seorang pendeta Vedic ingin menjawab pertanyaan itu; maka ia berdiri di hadapan Dunia dan mengatakan: ''Dengarlah, anak - anak dengan kebahagian abadi! Saya telah menemukan Orang Bijak yang melampaui semua kegelapan dan kegelisahan; dengan mengetahuiNya saja kamu akan dibebaskan dari siklus Samsara''. Izinkan saya menyebut anda, saudara - saudaraku, sebagai pewaris kebahagiaan abadi. Ya orang Hindu menolak memanggil anda sebagai Pendosa. Anda adalah anak - anak Tuhan Semesta, pewaris kebahagiaan abadi, orang - orang suci dan sempurna. Mengatakan seseorang sebagai pendosa justru merupukan tindakan yang berdosa; tindakan itu menghina sifat manusia, sekaligus menghina penciptanya. Dengan kata lain memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya, menghina dan menistakan manusia berarti menghina dan menistakan penciptanya.  Bangkitlah para singa, dan hentikan menganggap dirimu sebagai domba. Kau adalah jiwa yang abadi, jiwa yang bebas dan diberkahi. Kau bukanlah sebuah benda, bukan pula sebuah tubuh. Materi (tubuh) adalah pelayanmu, janganlah kau menjadi pelayan bagi Materi (tubuh). Dengan kata lain, janganlah kamu di jadikan Budak fikiran yang terus-menerus membuat-mu keluar kendali dan jatuh kelembah kebodohan (Avidya) dalam mengendalikan nafsu. Dari semua musuh yang telah kutemui, musuh terberat dan terbesar adalah diri sendiri.

   Jadi, Veda tidak menyajikan berbagai hukum yang tidak mengenal ampun, atau hukum sebab-akibat yang tidak ada ujungnya. Tetapi, di atas semua hukum itu, dan dalam setiap partikel materi dan kekuatan, hanya ada satu, dan  ''atas perintahnya angin bertiup, api membakar, awan menjadi hujan dan kematian melintas di bumi''.

   Ia ada di mana-mana, ia yang murni dan tak berbentuk, Yang berkuasa dan pemurah. Para orang suci Vedic (Resi) bernyanyi kepada Semesta, ''Kau adalah ayah kami. Kau adalah ibu kami. Kau adalah teman yang paling kami kasisihi. Kau adalah sumber semua kekuatan; berilah kami kekuatan. Kau adalah sumber adalah yang memikul beban semesta; bantulah kami memikul beban kehidupan yang kecil ini''. Jadi bagaimana kita menyembahnya ? Melalui cinta. ''Izinkan aku untuk menyembah kemuliaanmu sebagai seorang Ibu, Ayah, Kekasih Dsb, yang lebih berharga dari apapun di dunia ini saat ini maupun pada kehidupan yang akan mendatang.

2 comments:

Silahkan berkomentar secara sopan dengan menggunakan bahasa baku yang baik dan benar demi menghindari spam.

Follow us on Facebook

Translate